top of page

Ke Ujung Negeri: Papua Lumbung Kekayaan Indonesia

  • Writer: Abnertindi
    Abnertindi
  • Nov 18, 2017
  • 5 min read

Tahun 2015 Saya berkesempatan melakukan perjalan ke Papua, yakni melakukan penelitian di Kabupaten Bintuni. Alam Papua, sungguh sangat indah dan kaya raya tentunya. Betapa tidak, cadangan emas, gas, minyak bumi, batubara dan berbagai bahan tambang lainnya (logam dan non logam) ada di sana.

Berikut ini catatan tentang Papua, khususnya Bintuni, berdasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Teluk Bintuni yang diperoleh pada Tahun 2015, sebagai berikut:

A. Geologi Dalam peta geologi kabupaten teluk bintuni (Peta terlampir), tampak beberapa formasi batuan dan satuan batuan merupakan tempat /sumber potensi mineral maupun sumberdaya energi, seperti misalnya formasi Kemum, Batugamping Imskin, batugamping Faumai, dan formasi steenkol.

Secara geologi di Pulau papua terdapat kurang lebih 8 buah cekungan hidrokarbon (basin), dan dari sekian itu baru 2 buah yang telah dan akan dieksploitasi yaitu cekungan Salawati yang telah produksi sejak jaman belanda dan cekungan Bintuni yang akan berproduksi (BP. Tangguh). Cekungan Bintuni terbentang dari utara (sebagian manokwari ) kearah selatan masuk wilayah kabupaten teluk Bintuni hingga sebagian Sorong selatan, Fak-fak, Kaimana dan Teluk wondama.

B. Potensi Sumber daya Mineral dan Energi 1. Mineral logam dan non logam

Endapan Kandungan mineral logam terindikasi pada lajur anomaly geokimia dan pasir sungai yang mengandung logam Seng (Zn/Zink), Cu (cuprum/ tembaga) dan bahkan Radio aktif (Uranium) yang terletak disebelah utara wilayah Bintuni berarah Barat laut – tenggara.


Emas terdeteksi dari stream sediment yang terdulang setempat pada daerah singkapan formasi Kemum, namun endapan primer terindikasi dari hasil pemboran pada kedalaman Kurang lebih 550 m , pada batuan Andesit Porpiry, yang terletak dibagian utara (distrik moskonan utara) yaitu 1,27 gr/ton Au.


Bahan galian lain yaitu untuk bahan bangunan yaitu terutama pada satuan Formasi batugamping Faumay yang terdapat didistrik Merdey dan moskonan selatan juga di distrik Idoor dan distrik moskona utara.dengan cadangan yang sangat banyak, baik untuk industri semen, batu giling maupun batu pecah.

2. Sumberdaya Energi (bahan bakar fosil)

Batubara

Batubara didaerah Bintuni terdapat dalam formasi steenkol yang tersusun oleh lithologi batuan yang terdiri dari batulumpur mikaan  dibawah dan batu pasir dibagian atas, sedikit batu lanau.


Konglomerat, dimana  umur formasi batuan ini diperkirakan berumur Plioseen  yaitu sekitar (5,3 – 1  juta tahun yang lalu).


Luas formasi steenkol yang merupakan formasi pembawa batubara adalah 565.567.767 Ha, terletak di utara dan selatan Kabupaten teluk Bintuni, dimana dari luasan itu telah diketahui potensi sumber-daya batubara yang telah diteliti oleh 3 perusahaan serta Dinas pertambangan kabupaten Teluk bintuni seluas  54.941 ha  dengan total sumber daya sebesar ± 43.744.300 ton, sebagai berikut:

a.  PT. Bahana Internusa, yang terdiri dari 3 block, dengan tingkat  survey Penyelidikan umum. Blok I seluas 10.510 Ha didaerah merdey        dan sekitarnya, dengan kondisi jumlah 33 singkapan dengan ketebalan 0,25 – 3,80 m , dengan perhitungan sumberdaya hipotik sekitar 6.100.000 ton; sedangkan Blok II dengan luasan 9.913 Ha, juga dilokasi yang sama (distrik merdey), kedudukan dan ketebalan singkapan berkisar 0,20 – 3,40 m .


Perhitungan sumberdaya hipotik adalah 6.250.000 ton. Blok III seluas 10.430 ha terletak diselatan Horna di daerah Tistohu dan sekitarnya dengan jumlah singkapan permukaan sebanyak 31 singkapan dengan ketebalan 0,30 – 3,8 m.  Perhitungan sumberdaya hipotik sebesar 6.141.000 Ton.


b. PT. Horna Inti Mandiri (HIM), tingkat kegiatan adalah Eksplorasi dengan luasan 9.971 Ha, dengan singkapan yang teridentifikasi sebanyak 279 singkapan dan  mempunyai ketebalan dari 0,20 – 2,70 m. Yang terbagi dalam 4 blok prospek, yaitu blok Tisihu (488 ha), dengan cadangan Tereka / terduga .4.961.000, Ha , Blok Horna (264 Ha), de-ngan cadangan tereka 1.015.400 ton. Blok menci (524 Ha), de-ngan cadangan tereka :


1.994.000 ton., Blok Tuhmoho (528 Ha), dengan cadangan tereka : 2.032.000 ton. Sehingga total blok prospek areal HIM dari 9.971 Ha yaitu sebesar1.804 Ha dengan total cadangan tereka sebesar 10.002.400 ton.

c. PT. Muturi indah Perkasa, tingkat kegiatan adalah Eksplorasi dengan luasan  7.500 Ha, yang terbagi dalam 2 blok , yaitu blok prospek Ruboho dan blok prospek Tidago, Blok Ruboho terdapat 18 singkapan dengan ketebalan 0,20 – 1,30 m pada areal ± 1.750 Ha, dengan perhitungan sumber daya hipotik :  3.150.500 ton. Blok Tidago (bagian selatan) masih dalam taraf survey saat data ini diperoleh.

d.  Dinas pertambangan dan Energi Kabupaten teluk bintuni , melakukan survey geologi permukaan yang di konsentrasikan didua tempat  yaitu daerah Warganusa dan Pasamai. Daerah warganusa terletak diselatan kabupaten teluk bintuni dan sekaligus mewakili formasi steenkol dibagian selatan , diperoleh 8 singkapan dengan ketebalan 0,25 – 1,8 m, pada areal seluas ± 4867 Ha, dan memiliki cadangan hipotethik sebesar 2.462.000 ton.


Daerah pasamai disebelah timur Bintuni (mewakili bagian tengah)  diperoleh 6 singkapan dengan ketebalan 0,20 – 1,30 m , pada luasan daerah ± 1750 Ha, dengan jumlah sumberdaya hipotik sebesar ± 1.630.000 Ton.

Minyak Bumi Minyak bumi diteluk bintuni telah ditemukan oleh Perusahaan minyak belanda  Nieuw Guinee Petroleum Maatschappij (NNGPM), pada tahun 1939 dilapangan Wasian dan 1941 di lapngan Mogoi, dimana kegiatan eksplorasi didaerah ini sempat terhenti karena perang dunia ke II, dan kemudian setelah perang maka kegiatan eksplorasi dilanjutkan kembali dan mulai berproduksi pada tahun 1953. Pada tahun 1961, NNGPM mengakhiri operasinya di wasian dan mogoi karena masalah politik (Indonesian dan Beanda).

Secara geologi Lapangan mogoi dan wasian terletak di bintuni basin (cekungan bintuni) yang terbentang dibagian tengah dan timur dari “West Irian Micro Continent”. Cadangan minyak di keduan lapangan tersebut terdapat pada batuan “limestone” (batugamping) di formasi mogoi dan wasian yang terletak pada kedalaman 400 s/d   900 m.


Karakteristik reservoir dikedua lapangan, menunjukan porositas dan permeabilitas relative kecil serta sifat batuan “reservoir” yang sensitive terhadap laju kenaikan produksi kandungan air melalui batuan limestone pada reservoir tersebut. Karakteristik reservoir tersebut merupakan factor yang mempengaruhi proses pengambilan minyak dikedua lapangan itu.


Perhitungan kandungan minyak “Original Oil in Place (OOIP)” dari beberapa feld yang pernah dilakukan, menyimpulkan bahwa volume minyak dilapangan Mogoi dan Wasian berjumlah sekitar 339 juta barel (339 MMBO).


Dalam kurun waktu 1951 – 1961, Perusahaan Shell/NNGPM telah member sejumlah 75 buah sumur minyak yang terdiri atas 54 sumur di mogoi dan 21 sumur di wasian. NNGPM juga membangun infrastruktur fasilitas produksi berupa sarana jalan, base camp perkantoran dan ware house.


Sarana/fasilitas transportasi minyak (“crude handling transportati-On”) berupa jalan likasi dan pemipaan (pipe line) dibangun diantara Wasian, Tembuni, Bintuni sampai Muturi. Di Muturi terdapat fasilitas pelabuhan (“Jetty”) untuk pengiriman minyak mentah. Sebagian besar pipe line dari mogoi ke Muturi telah rusak dan juga hilang sebagai akibat dari status quo dan perdagangan illegal besi-tua.


NNGPM mulai berproduksi pada tahun 1954 sampai dengan tahun 1961 (kurang lebih 6 tahun) yaitu sebesar 6,04 juta barel minyak (6.04 MMBO). Produksi ini setara dengan 1,8 % dari kandungan / volume reservoir 339 MMBO OOIP.


Pada tanggal 12 juli 1994, PT Patrindo Persadamaju, atas persetujuan Pertamina melakukan kontrak kerja dalam bentuk “Technical assistance Contract (TAC)”   untuk kembangkan lapangan (“block”) mogoi dan wasian selama 20 tahun, namun Patrindo mulai aktivitas produksi tahun 1999 di lapangan mogoi dan menambah 6 buah sumur.


Produksi rata-rata lapangan mogoi pada awal produksi adalah sekitar 500 BOPD, dengan pencapaian tertinggi sebesar 1000 BOPD, yang dihasilkan dari 9 sumur produksi. Performance produksi kemudian menurun secara natural dan berkisar antara 50 – 150 BOPD. Pada thn 2003 PT PPM kembali mengaktifkan 2 buah sumur yang dapat memproduksi minyak sampai dengan 500 BOPD .


Sampai tahun 2006 jumlah produksi lapangan Mogoi dan Wasian adalah sebesar 300 – 450 BoPd, yang sebagian besar dari lapangan wasian. Jumlah Produksi Kumulatif PT. PPM dari tahun 2000 s/d 2006 (6 thn) diperkirakan sebesar 0,5 juta (500.000) barel (laporan patrindo s/d april 2006 sebesar 0,41 juta barel).


Dengan kata lain produksi dalam kurun 6 tahun hanya setara dengan recovery 0,15% dari 339 MMBO. (bandingkan produk NNGPM 50 thn yang lalu selama 6 thn 6,04 mbo, dan teknologi  yang belum maju dengan PT.PPM  (0,5 mbo).

Foto: Di bandara Adisucipto Yogyakarta menuju Makasar dan ke Papua.

Comentarios


RECENT POSTS:

Space for Rent ...

Berikan komentar anda mengenai artikel di atas!

© Wanuau

  • b-facebook
  • Twitter Round
  • Instagram Black Round
bottom of page