My Dream: Sang Putra Fajar dan Putra Pasifik
- Abnertindi
- Nov 18, 2017
- 3 min read
Hari itu tanggal 8 Juli 2013 di Blitar. Saya berziarah ke makam Sang Putra Fajar yang juga dikenal dengan Sang Proklamator RI. Setelah mengisi buku tamu di sebuah ruangan, saya pun masuk ke pekarangan makam Bung Karno. Di depan pintu langkah saya terhenti karena ada pedagang bunga menawarkan dagangannya. "mas....ini ada bunga. monggo dibeli untuk ditaburkan di makam sang Proklamator". Saya pun membelinya. Setelah melepaskan sendal yang saya pakai, dengan langkah perlahan saya menghampiri makam sang kebanggaan RI.
Dengan sikap yang sangat hikmat, saya mulai menaburkan kembang. Sambil menutup mata saya berkata dalam hati (doa):
Bung....ini aku datang di hadapanmu. Engkau disebut Sang Putra Fajar. Aku juga mau disebut Sang Putra Pasifik. Kalau Engkau jadi Presiden pertama RI , aku juga mau jadi Presiden RI, tetapi waktunya terserah Bung.
Setelah itu, saya menuju museum Bung Karno yang didirikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri (putri Bung Karno). Saya melihat beragam koleksi di sana.
Dalam ruangan itu, saya dikejutkan oleh sebuah peninggalan bung Karno yang sangat berharga. Garuda Pancasila. Sontak ketika saya melihat itu, saya teringat mimpiku saat saya duduk di bangku kelas dua SMU di Lirung, Talaud.
Saya bergumam, Bung, inilah yang saya lihat tahun 1996 itu. Setengah berteriak saya berucap...Itu yang diperlihatkan ke saya tahun 1996. Garuda Pancasila begitu megah di angkasa, sampai setengah langit di bibir pasifik tertutup oleh bentangan sayapnya.
Sejak saat itu, saya sangat ingin menjadi pewaris semangat Sang Putra Fajar. Sambil berjalan di dalam ruangan melihat koleksi Sang Putra Fajar, saya berkata...Sang Putra Fajar, Saya Sang Putra Pasifik siap melanjutkan mimpi besarmu...menjadikan Indonesia pemimpin bagi bangsa-bangsa. Mulai saat itu, saya sangat berkeinginan untuk suatu saat nanti bisa menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasti ada yang langsung berkata, Abner, kamu gila...mana mungkin kamu bisa menjadi Sekjen PBB. Sahabat, tunggu dulu. Sang Putra Fajar telah mengajar dan berpesan kepada kita "gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit". Dan, perkataan Sang Putra Fajar, memang di amini oleh bintang di langit.
Saat saya perjalanan kapal dari Talaud ke Manado, di tengah lautan luas, di atas Kapal Motor (KM) Holly Marry. Malam itu begitu cerah tanpa awan sepenggal pun. Tengah malam. Saya di dek 2 (dekat ruang kemudi), saya duduk sendirian memandang alam yang begitu cerah, tenang dan sangat dingin. Tatapan mata saya menjelajahi tata surya. Bola mata terhenti pada sebuah bintang di atas sana tinggi sekali. Bintang penanda waktu. Bintang itu mengikuti pergerakan waktu. kalau sore di sebelah timur dan bergerak ke barat. Saat tengah malam bintang itu di atas kepala.
Tiba-tiba...aneh bin ajaib...karena bintang itu bercahaya. dari berjuta-juta bintang di langit, hanya bintang itu bercahaya. Putih, bulat, sebesar piring makan. Saya agak heran, mengapa bintang itu bercahaya? Pertanyaan saya dalam hati. Mata saya pun kembali menjelajah alam semesta. Aneh. Bintang lainnya bersinar biasa, seperti yang kita lihat. Tetapi bintang yang di atas kepala saya kok bercahaya. Ada apa ini? Tanya saya dalam hati.
Tiba-tiba suara hati saya berkata begini...Abner segera kamu berdoa, beritahukan kepada Sang Pembuat bintang itu keinginan kamu. saya pun sambil melihat bintang itu berdoa begini: Cita-cita saya setinggi bintang di langit. Pertama, saya mohon, luluskan saya supaya bisa diterima di Doktor. Kedua, Mohon supaya ada beasiswa untuk membiayai saya kuliah di doktor. Ketiga, Bawalah aku menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ketiga permohonanku itu disampaikan ke pemilik langit sambil saya menatap bintang yang sementara bercahaya itu. Kurang lebih 15 menit bintang itu bercahaya, setelah itu cahaya bintang itu hilang, dan kembali bersinar biasa.
Sahabatku, Sang Putra Fajar telah pergi...namun, janganlah bersedih, karena Sang Putra Pasifik sudah datang...!!!

Foto: Garuda Pancasila di Museum Sang Proklamator Bungkarno di Blitar, Jatim.
コメント